19 Agustus, 2009

Satu Hati Dalam Satu Tradisi Menuju Kebersamaan Naposo

Sabtu, 15-16 Agustus 2009, BatuAji, bergema dengan suara musik ber-irama gondang, dua Pesta Naposo sedang berlangsung di dua tempat yang saling berhadap-hadapan. Di kafe Martabe, Naposo Siraja Oloan, sementara Naposo Tondibangarna mengambil tempat lapangan terbuka Simpang Second.

Berhadapan dengan dua pesta gondang dalam hari yang sama cendrung sangat menyulitkan. Mulai dari pengumpulan dana atau tok-tok ripe, pengaturan waktu hingga tenaga. Mengumpulkan uang untuk dua pesta sekaligus cendrung akan lebih besar. Walau memang tak ada aturan yang mematok besaran sumbangan. Belum lagi dampak krisis global masih terasa. Beberapa ito kita yang kerja di PT dan biasanya sangat aktif untuk ikut acara manortor, beberapa bulan belakangan ini sedikit mengurangi mobilitasnya. Maklum!

Sejak seminggu yang lalu beberapa teman mengusulkan agar Naposo Nainggolan menghadiri undangan dalam satu hari. Karena itu, kira-kira pukul 8.00 Wib Appara Gordon, humas Naposo Nainggolan sudah diminta agar mendaftarkan tor-tor untuk nomor urut yang lebih awal. Takut dengan pengalaman sebelumnya, daftar pada urutan buncit. Akibatnya pulang nortor jam tangan sudah menunjuk pukul 00.30 Wib, dini hari. Kasihan!

Gordon mendaftarkan Naposo Nainggolan nomor urut satu pada Pesta Tondibangarna dan nomor urut 3 pada Pesta Siraja Oloan. Wau... pembuka dipestanya tulangi.

***

Pukul 6 sore sesuai kesepakatan semua Naposo Nainggolan akan berkumpul di Putri 7, sebelum berangkat manortor. Satu persatu datang, dengan wajah-wajah cantik dan segar. Biasalah, boru Nainggolan, bung!

Suara Gondang yang punya hajatan sudah mulai terdengar. Ntah Gondang siapa yang sedang berkumandang, kurang jelas. Mungkin karena irama dan juga suara musik Gondang dimana-mana sama. Tapi pesannya selalu sama. Roma hamu Manortor!!

Sebagian dari ito-ito Br. Nainggolan sudah ikut -ikutan bergoyang. Sudah tak tahan mau nortor. pinggul sudah mulai bergerak kekiri dan kekanan. Tumit kaki sudah naik-turun. Padahal lokasinya masih sekitar 200 meter dari lokasi pesta. Gordon mulai sibuk memungut tok-tok ripe. "Lehon-Lehon Bou, antan uang pagodanghu, adong dua pesta sadarion. Secukupna tapi godang itu yang penting" cetus Gordong dengan bahu yang bergoyang, hipnotis Gondang!

Kurang dari setengah jam duit sudah terkumpul, Rp. 18.5000 dari 40-an orang. Kurang jauh dari kebutuhan. Dana minimal untuk nortor belakangan ini sangat mahal. Persembahan untuk mengisi pohon bambu, setidaknya butuh uang sebesar Rp.200.000 belum lagi olop-olop. Huhhh...

Bendahara BPH, Sariani alias bou hepeng sudah mengkerutkan dahi. "Pengeluaran torus,... Bangkrut nama hita" cetusnya. Bendahara yang satu ini memang sangat berhati-hati sedikit sulit mengeluarkan uang kas. Tapi apa mau dikata, setiap kegiatan nortor atau bayar adat juga tanggung jawab BPH. Sebelumnya BPH sudah melakukan rapat dan memutuskan mengalokasikan dana Rp. 1200.000. Jumlah uang yang sanagt besar.

Belakangan ini Pesta Naposo rada sedikit menyulitkan. Hampir setiap pesta sekarang selalu menyuguhkan lelang, harganya pun kadang tak ketulungan. Rata-rata lelang dibuka dengan harga Rp.300.000 rupiah. Artinya harga barang ini minimal demikian, tapi pasti akan selalu naik. Walaupun sedikit dari harga dasar.
***
Pukul 7.30 Malam minggu. Sesuai nomor urut pendaftaran, Naposo Nainggolan jalan bareng dari Putri 7 menuju Simpang Second. Sayang, saat mendekat ke lokasi ternyata suara gondang yang terdengar tadi hanya dari Pesta Siraja Oloan. Tondibangarna belum memulai acara Gondang. Dengar info dari Rudy alias Ruddin Nainggolan, Litbangnya Naposo Nainggolan Batam (kadang diplesetkan jadi Lobbang ruddin) disana masih ibadah. "Pesta kayaknya masih lama itu appara" Ruddin melapor.

Mendengar info ini, kami ngobrol sebentar untuk menentukan mau melanjutkan ke Simpang Second atau ke Siarajaoloan ayang di kafe Martabe terlebih dahulu. "Kita kafe martabe aja dulu to" seru boru Nainggolan semuanya mirip suara Elfa's Choirs.

Balik haluan, menuju ke sebrang, kafe Martabe Batu Aju. Siraja Oloan sudah memulai Gondang untuk urutan undangan yang pertama. Nainggolan no tiga. Tinggal menunggu satu marga lagi. Tidak lama duduk disana, panitia menawarkan agar Nainggolan maju ke nomor dua menggantikan Manurung yang belum siap. Good News. Bergerak cepat, menyusun duit ke bambu (Batak: bulu). Duit ditempatkan di setiap tangkai bambu, terlihat seperti daun. Ada yang menyebutnya pohon duit. Terangkai sudah dengan baik. Uang Rp.50.000 bertengger pada ujung paling tinggi.

Tak lama panitia mengumumkan Toga Nainggolan bersiap-siap. Pertanda tor-tor yang berlangsung, Naimarata sudah akan berakhir. Naposo nainggolan mulai berbaris, dan memakai ulos yang dibagikan panitia. Semua boru Nainggolan terlihat tambah anggun menggunakan ulos batak yang bergantung di bahu. Wajah mereka terlihat penuh semangat. Sungguh menggambarkan semangat dan kegembiraan.

Budi Nainggolan alias Pulsa memegang pohon duit yang akan dipersembahkan sebagai silua untuk panitia. Dia berada di barisan paling depan. Aksi akan dimulai.

Naimarata meminta (batak: mamitta) gondang penutup (hasahatan). Gondang jenis ini hanya berlangsung sebentar, kurang dari tiga menit. Naimarata mengakhiri tor-tor mereka.

Akhirnya ber-aksi. Gondang panomu-nomuon (menundang) dibunyikan. Barisan Nainggolan mulai bergoyang, bergerak maju, membentuk formasi melingkar. Diiringi dengan tor-tor yang begitu menggoda. Gila, boru Nainggolan memang sungguh mahir melenggokan tangan dan juga gerak langkah kakinya. Anggun.

Tak ketinggalan dengan semua appara Nainggolan. Gerakan tor-tornya terlihat berwibawa. Seperti Raja Adat. Pulsa Nainggolan menggerakkan pohon duit berayun-ayun. Formasi hamper terbentuk. Setelah formasi melingkar terbentuk, segera gondong mulai pelan pertanda akan gondang panomu-nomuon selesai.

Gordon yang juga salah satu raja parhata (pembicara) Nainggolan maju ketengah lingkaran. Dia memegang mikropon, hendak mamitta gondang mula-mula. Sorry friends, sampai sekarang aku ndak tahu uppasa yang dia gunakan. Tapi dia membuka umpasa. "Amang pargossi baen ma Gondang Mula-Mula i" pitta Gordon. Gondang pun mulai, pertanda Naposo Nainggolan sudah resmi manortor dan memulai prosesi adat. Gondang mula mula juga tidak lama, cuma sekitar tiga menit.

Sesudah Gondang Mula-mula selesai, Gordon kembali meminta gondang selanjutnya. Gondang somba-somba. Gondang ini diwujudkan untuk menghormati Tuhan yang maha kuasa, yang punya hajatan dan sekalian orang yang hadir dalam perayaan pesta itu. Gondang ini termasuk yang menenangkan jiwa. Alunan suaranya seolah membawa kita ke langit. Sungguh sebuah gondang kehormatan bagi sang pencipta dan seluruh manusia ciptaannya. Gondang mulai, iramanya agak pelan namun terdengar sangat dalam. Semua panortor menyembah kesegala sudut, berputar 360 derajat. Gondang ini sedikit lebih lama, sekitar empat menit.

Gondang durasi pendek selesai, kini memasuki gondang yang ditunggu-tunggu. Mangolopi. Disini semua orang memiliki kesempatan untuk memberi atau menyumbang baik berupa materimaupun immateri, semisal doa atau pasu-pasu lewat ulos. Namun untuk pesta muda -mudi biasanya menempatkan sesi gondang ini menjadi waktu saling memberi. Karena pasu-pasu biasanya datang dari natua-tua. Gondang semakin panas, ito-ito dan appara mulai menunjukkan kebolehan masing-masing. Uang bertebaran.

Pesta Br. Nainggolan, ito yang satu ini terlihat masuk ketengah. Dia menghindar dari tim tor-tor penjemput uang dari panitia yang sedang berusaha meminta duit olop-olopnya. Sedikit bergoyang, melenggokkan pinggul. Menari sambil menurunkan badan, tangan melambai keudara sambil meliukkan pergelangan. Pelan dan akhirnya posisi penari jongkok.Tarian yang sangat sulit, butuh tenaga ekstra, kadang lutut tak kuat menahan berat tubuh. Huhh... tapi ito-ito Br. Nainggolan, hebat. Semua bisa melakukan. Cuantik banget.. Salute buat ito Pesta Br. Nainggolan, Salute buat seluruh Boru Nainggolan.

Gondang olop-olop semakin panas, tim tor-tor penjemput uang dari panitia semakin bergerak lincah untuk mendapatkan seluruh olop-olop yang ada ditangan Naposo Nainggolan. Apalagi pohon duit yang dipegang appara Pulsa Nainggolan belum juga terlihat akan diserahkan. Ada empat orang yang khusus menjemput pohon duit. Berbagai cara dilakukan, mulai dari mengurung appara Pulsa dengan tarian gandengan tangan. Pulsa tetap bisa meloloskan diri. MC panitia mulai berbicara, agar semua Naposo Nainggolan bisa memberikan dengan cepat. "Lehon hamu ma amang, lehon, lehon..." pinta MC.

Tak berapa lama setelah panitia memberikan aba-aba meminta agar Naposo Nainggolan mempercepat proses, pohon duit diserahkan. Pulsa akhirnya menyerah, dengan kerendahan hati. Pohon duit telah dijemput panitia, otomatis satu-persatu yang lain juga turut menyerahkan olop-olop dari tangan masing-masing. Gondang olop-olop usai.Kaki sudah mulai terasa pegal. Sial, tak ada parumaen....

Tinggal dua Gondang lagi. Gordon kembali maju ketengah untuk mamitta gondang selanjutnya. Gondang husip-husip (bisik-bisik). Yang paling ditunggu-tunggu semua yang hadir. Maklum gondang ini dasarnya ditujukan sebagai medium bagi muda-mudi untuk saling mengenal. Bahasa gaulnya ajang cari jodoh. Gordon mamitta, dan mengajak seluruh panitian Siraja Oloan juga ikut gabung ketengah m,anortor bersama. Gila, benar-benar saatnya mencari yang sedang dicari, calon parumen bos! Gondang mulai, semua Naposo serentak maju ketengah.

Semua saling menunjukkan gaya tor-tor terbaiknya. Tak ada yang mau kalah. Maklum, ada yang diincar. Mana tau ada calon parumaen atau calon amang boru yang sedang melirik, tersipu. Salute buat kekompakan tor-tor Naposo Nainggolan. Menggoyang kekiri-goyang kekanan. Sebagian ada yang sedang asyik menari berdua. Ito kita, Pesta Br. Nainggolan sedang asyik menari dengan seorang cowok (sorry gaul dikit ya..) Ntah siapa, tak kenal, yang jelas bukan appara atau amang boru dalam kumpulan. Siapa dia?

Semakin lama, tarian mereka semakin santai. Saling lempar senyum. Bahaya..., siapakah gerangan ini laki-laki! Dilihat dari cara nortor-nya cocok juga jadi calon amang boru. Taufik Kiemas bilang, chemistry-nya dah terlihat. Disisi lain ito Sariani juga tak mau ketinggalan. Sariani sedang asyik disudut kiri. Ketinggalan, dari tadi mata menuju sudut biru. "Ai ido calon amang boru i" Agus Nainggolan Wakil Ketua BPH menanyakan tentang siapa laki-laki yang sedang menari dengan Sariani.

Yang sedikit menyedihkan, appara, Marga Nainggolan, anak ni bapa na. Tak ada tanda-tanda kalo sedang melakukan tarian serius pemikat jiwa. Apa memang calon parumaen incaran tak ada yang nongol. Sebagian memang menari dengan beberapa mahluk hawa, cuma tak terlihat tarian jiwa. Senyum, ketawa dan gerakan tubuh hanya memberi sinyal, pertemanan. Tapi, mereka tetap menari dengan riang. Kuciwa tak ada calon parumaen tapi pertunjukan tetap harus meriah. Salute, buat semua kebesaran hati appara Nainggolan.

Hampir setengah jam, Gondang husip-husip berlangsung. Terlihat sebagian sudah mulai memegang lutut sambil memandang ketengah, melihat mereka yang tetap kuat menari. Ntah, pargossi (pemain musik) yang sudah tidak kuat atau ada permintaan panitia, musik lambat laun pelan dan berhenti. Gondang husip-husip pun usai.

Gondang terakhir siap di request. Seperti diduga sebelumnya, panitia meminta waktu sebentar untuk lelang. Satu case minuman soda dan satu ekor ikan Mas Naniarsik. Dibuka dengan harga Rp.300.000. Gordon melirik kearah Pius Nainggolan, Ketua BPH. Lewat kode tangan, pertanda oloppon ma (langsung diterima). Habis lelang diserahkan. Dilanjutkan dengan gondang hasahatan (akhir). Gondang ini hanya berlangsung sekitar 3 menit. Dan diakhiri dengan kata: Horas. Horas.. Horas... Mengakhiri Gondang Naposo Nainggolan di ulaon ni Raja Siraja Oloan.

Jam sudah menunjukkan pukul 9।45 WIB malam. Selanjutnya Naposo Nainggolan menuju Gondang Tondibangarna. Naposo Parna sedang beraksi, dan setelahnya Naposo Nainggolan akan kembali beraksi dengan suguhan tarian terbaiknya. Maklum, tarian ini sekaligus sebagai persembahan buat semua Tulang Panjaitan, cari perhatian bos. Maklum Boru tulang!

Di Simpang Second, Nainggolan selesai manortor pukul 11।30 tengah malam। Tapi semua appara dan ito masih tetap bersama, kompak। Salute buat Naposo Nainggolan Batam। Dan salam buat semua Nainggolan di Jagat Raya.

Ini hanya sedikit cerita dari kami yang sedang mencoba memahami arti "berkumpul".Batam 19 Agustus 2009, Pius Nainggolan, salam untuk semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Horas!!!